Teringat sebuah kisah yang diceritakan oleh seorang guru. Beliau
menceritakan sebuah kisah tentang celengan (yang akhir2 ini sedang “naik
daun”).
Kisahnya begini….
Celengan yang senantiasa berjalan langkah demi langkah, sebagai wadah
pembawa berkah bagi orang2 yang senantiasa mengisi nya dengan
keikhlasan.
Yah, receh demi receh…..lembar demi lembar uang akan selalu menghujani nya. Tak jarang juga hingga penuh (pada saat2 tertentu).
Ketika receh dan lembar itu satu demi satu masuk, ada si receh 100,
500 dan ada juga si lembar seribu, limaribu, sepuluhribu, duapuluhribu,
limapuluhribu dan seratusribu. Terjadilah percakapan antara mereka yang
berada dalam celengan itu.
Percakapan dimulai oleh si lembar seribu, dia berkata “Wah, kita
ketemu lagi ya” ucapnya pada si seribu lainnya. dan dijawab “iya, ketemu
lagi ketemu lagi…udah bosan juga niy ketika masuk ke sini pasti ketemu
kamu lagi, pengen ganti suasana n melihat wajah2 baru nan lebih fresh”.
Si seribu lainnya menanggapi, “mungkin memang udah nasib kita kali ya
akan berada di tempat ini, padahal rindu rasanya melihat warna2 lain
yang masuk kesini, biar kita juga ga mono….hmm…kita hanya bisa
berharap”.
Tak lama kemudian, masuk si lembar limaribu, ia pun merasa asing
dengan tempat itu, untungnya dia melihat beberapa lembar limaribu
lainnya di sela2 himpitan seribu lainnya. Betapa senangnya ia bertemu
teman2nya, dan ia pun menghampiri teman2nya “alhamdulillah, aku
menemukan kalian disini, tapi kenapa ya kita hanya sedikit bgt??? kenapa
yang banyak hanyalah si seribu aja? lihatlah, klo dihitung2 kita cuma
sepuluh aja” limaribu lainnya menanggapi, “Iya, aku berharap kita makin
banyak disini, ga hanya sedikit disini, iri juga terkadang klo melihat
seribu, mereka selalu kompak berada disini…hmmm…..”
Terlihat di salah satu pojok, ada lima lembaran sepuluhribu, mereka
sepertinya sangat sedih. “Hmm….kenapa kita yang paling sedikit ya
disini?” kata salah satunya. Hmm…apa mungkin teman2 kita yang lain tidak
mau ya kesini? apa mereka alergi masuk kesini? Hmm…..ntahlah, mungkin
aja kayak gt ya”. Lalu dijawablah oleh sepuluhribu lainnya, “kita
seharusnya tetap bersyukur….karena kita masih di izinkan bisa masuk
kesini, kita buktikan pada yang lainnya klo kita bukan alergi dengan
tempat ini, kita senang berada disini sebenarnya, tapi ya mungkin agak
berat mereka memasukkan kita kesini. Kita berdo’a saja ya, smoga teman2
kita juga akan segera menyusul masuk kesini…Amin”.
Hal ini terdengar oleh si lembar duapuluhribu, makin sedih mendengarnya
karena mereka hanya ada tiga lembaran saja, lebih sedikit lagi dibanding
sepuluhribu. Mereka juga hanya berdesah saja, kapan ya kita juga bisa
rame disini????
Kemudian, di pojok lainnya juga ada lembaran limapuluhribu yang
merasa asing dengan tempat ini. Kenapa kita berada di antara seribu yang
banyak sekali ya….? tapi syukurlah kita masih ada berdua, lihatlah si
lembar seratusribu itu. ia hanya sendiri, ga ada teman, dia kelihatan
sangat sedih sekali. Ia merasa sangat asing sekali dengan tempat itu.
Tempat apa ini?, pikirnya. Rasanya sebelum ini blum pernah kesini.
Apakah aku tersesat??? Ya Allah, mana teman2 ku, kenapa aku hanya
sendiri disini???”, ratapnya dengan sangat sedih.
Itulah sepenggal cerita tentang “kisah celengan” yang mungkin dapat kita jadikan sebagai hikmah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar