Sabtu, 13 April 2013

DIANTARA KEBUTUHAN, TANTANGAN, KEPEDULIAN, DAN KEHARUSAN

Seperti halnya dengan dunia pendidikan pada umumnya, dunia mahasiswa tidak lepas dari praktek belajar mengajar, tugas dan dinamika organisasi mahasiswa. Berbicara tentang mahasiswa tidak cukup hanya berkaitan dengan kuliah saja, sudah cukup bukti yang menunjukkan bagaimana eksistensi mahasiswa dalam melaksanakan perannya sebagai social control yang terorganisir dalam berbagai organisasi mahasiswa. Namun, tidak semua mahasiswa berkiprah di jalan ini (baca : organisasi mahasiswa), hanya sebagian kecil saja yang mengambil peran tersebut yang selanjutnya dikenal sebagai aktivis kampus.
Menjadi seorang aktivis kampus bukan berarti akan terbebas dari kewajiban sebagai mahasiswa pada umumnya, peran sebagai pelajar tetap harus dijalankan disamping menjalankan peran sebagai sebagai aktivis kampus, bukan berarti pula mengatas namakan kesibukan dan kekurang lihaian mengatur waktu dijadikan alasan turunnya prestasi akademik yang menjadi momok bagi sebagian aktivIs kampus dan calon aktivis kampus. Sehingga hanya segelintir mahasiswa saja yang berani mengambil peran di jalan ini.
Disinilah letak penilaian bagaimana seorang aktivis kampus dapat berperan ganda pada dunia yang sama tanpa harus mengorbankan salah satunya. Tidak ada aturan baku yang menghendaki seorang mahasiswa berperan ganda tersebut, keinginan ini kembali pada kebutuhan, kepedulian dan tantangan bagi mahasiswa tersebut, karena jika dlihat sepintas maka sebenarnya menjadi seorang aktivis kampus hanya akan menambah beban berat dipundak mahasiswa itu sendiri di samping beban utamanya sebagai seorang pelajar.
Jika dikhususkan sebagai seorang mahasiswa farmasi yang terkenal dengan kesibukannya baik diwaktu kuliah maupun diwaktu praktikum yang tidak bisa dipungkiri memiliki porsi yang berbeda dengan mahasiswa lainnya, tampaknya menambah beban kesibukan lain diluar kesibukan kuliah dalam hal ini adalah berorganisasi menjadi aktivis kampus hanyalah akan menambah beban mahasiswa farmasi itu sendiri apalagi jika yang dimasuki itu merupakan organisasi politik mahasiswa yang sama sekali tidak berhubungan dengan bidang farmasi.
Namun, pertanyaannya apakah seorang mahasiswa farmasi yang nantinya akan menjadi seorang farmasis akan cukup hanya memiliki bekal ilmu pengetahuan farmasi saja ketika berkiprah didunia kerja? Jika dipersempit, apakah seorang mahasiswa farmasi cukup menuntut ilmu farmasi saja, tanpa berorganisasi? Organisasi mengajarkan ilmu yang “berbeda” dari semua disiplin ilmu yang diajarkan di perguruan tinggi, organisasi mengajarkan bagaimana menjadi pemimpin dan yang dipimpin, mengajarkan bagaimana berinteraksi dengan orang lain yang tampaknya berguna sekali ketika diaplikasikan di dunia kerja.
Seorang mahasiswa, dari bidang disiplin manapun ia, tetap memiliki peran yang sama, yaitu : Agent of change, Iron stock., dan agent of control.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar