Seperti
halnya dengan dunia pendidikan pada umumnya, dunia mahasiswa tidak
lepas dari praktek belajar mengajar, tugas dan dinamika organisasi
mahasiswa. Berbicara tentang mahasiswa tidak cukup hanya berkaitan
dengan kuliah saja, sudah cukup bukti yang menunjukkan bagaimana
eksistensi mahasiswa dalam melaksanakan perannya sebagai social control
yang terorganisir dalam berbagai organisasi mahasiswa. Namun, tidak
semua mahasiswa berkiprah di jalan ini (baca : organisasi mahasiswa),
hanya sebagian kecil saja yang mengambil peran tersebut yang selanjutnya
dikenal sebagai aktivis kampus.
Menjadi seorang aktivis kampus bukan berarti akan terbebas dari
kewajiban sebagai mahasiswa pada umumnya, peran sebagai pelajar tetap
harus dijalankan disamping menjalankan peran sebagai sebagai aktivis
kampus, bukan berarti pula mengatas namakan kesibukan dan kekurang
lihaian mengatur waktu dijadikan alasan turunnya prestasi akademik yang
menjadi momok bagi sebagian aktivIs kampus dan calon aktivis kampus.
Sehingga hanya segelintir mahasiswa saja yang berani mengambil peran di
jalan ini.
Disinilah letak penilaian bagaimana seorang aktivis kampus dapat
berperan ganda pada dunia yang sama tanpa harus mengorbankan salah
satunya. Tidak ada aturan baku yang menghendaki seorang mahasiswa
berperan ganda tersebut, keinginan ini kembali pada kebutuhan,
kepedulian dan tantangan bagi mahasiswa tersebut, karena jika dlihat
sepintas maka sebenarnya menjadi seorang aktivis kampus hanya akan
menambah beban berat dipundak mahasiswa itu sendiri di samping beban
utamanya sebagai seorang pelajar.
Jika dikhususkan sebagai seorang mahasiswa farmasi yang terkenal dengan
kesibukannya baik diwaktu kuliah maupun diwaktu praktikum yang tidak
bisa dipungkiri memiliki porsi yang berbeda dengan mahasiswa lainnya,
tampaknya menambah beban kesibukan lain diluar kesibukan kuliah dalam
hal ini adalah berorganisasi menjadi aktivis kampus hanyalah akan
menambah beban mahasiswa farmasi itu sendiri apalagi jika yang dimasuki
itu merupakan organisasi politik mahasiswa yang sama sekali tidak
berhubungan dengan bidang farmasi.
Namun, pertanyaannya apakah seorang mahasiswa farmasi yang nantinya
akan menjadi seorang farmasis akan cukup hanya memiliki bekal ilmu
pengetahuan farmasi saja ketika berkiprah didunia kerja? Jika
dipersempit, apakah seorang mahasiswa farmasi cukup menuntut ilmu
farmasi saja, tanpa berorganisasi? Organisasi mengajarkan ilmu yang
“berbeda” dari semua disiplin ilmu yang diajarkan di perguruan tinggi,
organisasi mengajarkan bagaimana menjadi pemimpin dan yang dipimpin,
mengajarkan bagaimana berinteraksi dengan orang lain yang tampaknya
berguna sekali ketika diaplikasikan di dunia kerja.
Seorang mahasiswa, dari bidang disiplin manapun ia, tetap memiliki
peran yang sama, yaitu : Agent of change, Iron stock., dan agent of
control.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar